Jumat, 03 April 2020

COVID 19 : Apa, Situasi dan Refleksi



Sejarah dunia telah mencatat tentang wabah yang pandemi, seperti : Flu Spanyol, Flu Burung, Ebola dan lain-lain. Pada penghujung tahun 2019, bermuculan sejumlah kasus di kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina dengan penyebabnya tak diketahui yang memiliki gejala demam, rasa letih/lesu, batuk dan kesulitan bernapas sebagai gejala utama. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menamakan virus itu Corona Virus Disease – 19.

Apakah Virus Corona itu ?
                Virus Corona adalah virus RNA untai positif yang beruntai tunggal yang tidak tersegmentasi. Virus-virus corona termasuk dalam ordi Nidovirales, keluarga Coronaviridae, dan sub-keluarganya Orthocoronavirinae, yang dibagi menjadi kelompok (marga) α, β, dan δ sesuai dengan karakteristik serotiptik dan genomiknya. Virus Corona termasuk dalam gerus Coronavirus dari keluarga Coronaviridae. Ini dinamai sesuai dengan tonjolan berbentuk karangan bunga di selubung virus.

Situasi di Indonesia
                Indonesia menjadi salah satu negara yang telah terdeteksi virus corona (COVID-19). Kasus nya pertama yang terjadi di Depok, Jawa Barat. Menurut Jokowi, COVID-19 berawal dari satu keluarga seorang ibu (64 tahun) dan putrinya (31 tahun). Mereka diduga tertular karena kontak dengan WNA Jepang yang datang ke Indonesia. Rupanya mereka terjangkit virus saat berdansa dengan WNA Jepang di sebuah klub malam di Jakarta 14 Februari yang lalu. Namun, sampai saat ini (03/04) jumlah pasien positif 1.986, sembuh 134, meninggal 181. Baru-baru ini banyak sekali video di media sosial beredar mengenai penolakan sejumlah warga terhadap pasien positif corona yang meninggal. Sangat disayangkan, bentuk kepedulian masyarakat terhadap pasien yang meninggal sangat tidak mengaktualisasikan sila ke – 3 “ Kemanusiaan yang adil dan beradab” . Indonesia dikenal dengan ramah, sifat gotong royong dan murah senyumnya, pada wabah saat ini semuanya itu seperti pecahan kaca yang menancap perih di hati.
Refleksi terhadap Covid-19
                Bagaimana refleksi terhadap COVID-19? Sebagai makhluk sosial yang tidak terlepas dari orang lain. Kita sepatutnya bersama-sama untuk mencegah penularan virus ini, bersama-sama melakukan social distancing menjaga jarak setidaknya 2 meter dari orang lain dan menghindari kerumunan untuk mencegah penularan penyakit.  Baru-baru ini banyak sekali video di media sosial beredar mengenai penolakan sejumlah warga terhadap pasien positif corona yang meninggal. Sangat disayangkan, bentuk kepedulian masyarakat terhadap pasien yang meninggal sangat tidak mengaktualisasikan sila ke – 2 “Kemanusiaan yang adil dan beradab” . Indonesia dikenal dengan ramah, sifat gotong royong dan murah senyumnya, pada saat wabah semuanya itu seperti pecahan kaca yang menancap perih di hati. Siapapun dan dimanapun , orang kaya atau orang miskin, presiden, menteri, ojol , dan lain-lain bisa mengalami penyakit ini. Harapannya sebagai masyarakat Indonesia kita mampu untuk mewujudkan sebuah persatuan dari pandemic ini untuk mencapai keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sabtu, 29 Oktober 2016

KATA-KATA MUTIARA DARI BUNG KARNO



1. “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” .

2. “Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya”. (Pidato HUT Proklamasi 1956 Bung Karno).

3. “Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang Presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan di atas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.”

4. “Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”.

5. “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.” (Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961).

6. “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”

7. “Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” (Pidato HUT Proklamasi 1963 Bung Karno).

8. “……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan……” (Bung Karno).

9. “Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali “. (Pidato HUT Proklamasi, 1949 Soekarno).

10. “Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita belum selesai! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.” (Pidato HUT Proklamasi, 1950 Bung Karno).

11. “Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi Gitamu : “Innallahu la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim”. ”Tuhan tidak merubah nasib sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merubah nasibnya” (Pidato HUT Proklamasi, 1964 Bung Karno).

12. “Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.” (Pidato HUT Proklamasi 1966, Soekarno).

13. “Apakah Kelemahan kita: Kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong Royong” (Pidato HUT Proklamasi, 1966 Bung Karno).

14. “Aku Lebih suka lukisan Samudra yang bergelombangnya memukul, mengebu-gebu, dari pada lukisan sawah yang adem ayem tentrem, “Kadyo siniram wayu sewindu lawase” (Pidato HUT Proklamasi 1964 Bung Karno).

15. “Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya; jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali.” ( Sarinah, hlm 17/18 Bung Karno)

Sumber :
indonesiaku.esc-creation.com

6 Prinsip Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW

Seorang pemimpin dinilai bagaimana dia bersikap dan bertindak dalam kepemimpinannya.

Salah satu yang terpenting adalah kemampuan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dan membuat kebijakan, efektifitas sebuah kebijakan dan bagaimana dampak atas kebijakan tersebut.
Sebuah keputusan lahir dari sebuah proses berpikir. Bermula dari cara pandang seseorang dalam menilai sesuatu yang kemudian berpengaruh terhadap cara berpikirnya.

Cara berpikir yang dilandasi cara pandang tadi akan menjadi penentu, tepat atau tidaknya keputusan seorang pemimpin dalam mengambil kebijakan.
Kebijakan seorang pemimpin seringkali berpengaruh terhadap banyak orang dan ruang lingkup serta waktu yang lebih luas. Kesalahan dalam mengambil sebuah keputusan dalam memilih sebuah kebijakan akan berujung pada kegagalan suatu program atau bahkan kehancuran sebuah negara dan bangsa.


Bagaimana cara Nabi Muhammad SAW berpikir?
--------------------------------------------------------
Sebagian besar dari kita pernah mendengar tentang kepemimpinan seorang Muhammad saw.

Dalam masa 22 tahun beliau sanggup mengangkat derajat bangsa Arab dari bangsa jahiliah yang diliputi kebodohan dan keterbelakangan menjadi bangsa terkemuka dan berhasil memimpin banyak bangsa di dunia. Orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya merasakan kelembutan, kasih sayang dan penghormatan dari seorang pemimpin bernama Muhammad.

Cara berpikir Muhammad saw yang lurus terlahir dari cara pandangnya yang juga lurus terhadap hidup dan kehidupan ini. Cara berpikir yang lurus tadi menghasilkan sebuah keputusan yang tepat sekaligus dapat diterima semua pihak.

Inilah cara berpikir Muhammad saw tersebut :
-----------------------------------------------------
1. Beliau menomorsatukan fungsi sebagai landasan dalam memilih orang atau sesuatu, bukan penampilan atau faktor-faktor luar lainnya.

Keempat sahabat yang dikenal sangat dekat dengan Beliau, yakni Abu Bakar Assidiq, Umar ibnu Khattab, Ustman ibnu Affan dan Ali ibnu Abi Tholib adalah gambaran jelas kemampuan Muhammad saw dalam melihat fungsi.

Keempat sahabat tersebut memiliki fungsi sendiri-sendiri dalam era kepemimpinan Muhammad saw, yaitu :

- Abu Bakar Assidiq yang bersifat percaya sepenuhnya kepada Muhammad saw, adalah sahabat utama.
Ini bermakna kepercayaan dari orang lain adalah modal utama seorang pemimpin.

- Umar ibnu Khattab bersifat kuat, berani dan tidak kenal takut dalam menegakkan kebenaran. Ini bermakna kekuasaan akan efektif apabila ditunjang oleh semangat pembelaan terhadap kebenaran dengan penuh keberanian dan ditunjang kekuatan yang memadai.

- Ustman ibnu Affan adalah seorang pedagang kaya raya yang rela menafkahkan seluruh harta kekayaannya untuk perjuangan Muhammad saw. Faktor ketiga yang tidak kalah penting adalah pendanaan. Sebuah kepemimpinan akan lebih lancar apabila ditunjang kondisi ekonomi yang baik dan keuangan yang lancar. Dan juga dibutuhkan pengorbanan yang tulus dari pemimpinnya demi kepentingan orang banyak.

- Ali ibnu Abi Thalib adalah seorang pemuda yang berani dan tegas, penuh ide kreatif, rela berkorban dan lebih suka bekerja dari pada bicara. Kepemimpinan akan menjadi semakin kuat karena ada regenerasi. Tidak ada pemimpin yang berkuasa selamanya, dia perlu menyiapkan penerus agar rencana-rencana yang belum terlaksana bisa dilanjutkan oleh generasi berikutnya.


2. Beliau mengutamakan segi kemanfaatan daripada kesia-siaan
--------------------------------------------------------------------------
Tidak ada perkataan, perbuatan bahkan diamnya seorang Muhammad yang menjadi sia-sia dan tidak bermakna. Pilihan terhadap kurma, madu, susu kambing dan air putih sebagai makanan yang bermanfaat untuk tubuh adalah salah satu contohnya. Bagaimana sukanya Muhammad terhadap orang yang bekerja keras dan memberikan manfaat terhadap orang banyak dan kebencian beliau terhadap orang yang menyusahkan dan merugikan orang lain adalah contoh yang lain.


3. Beliau mendahulukan yang lebih mendesak daripada yang bisa ditunda
------------------------------------------------------------------------------------
Ketika ada yang bertanya kepadanya, mana yang harus dipilih apakah menyelamatkan seorang anak yang sedang menghadapi bahaya atau meneruskan shalat, maka beliau menyuruh untuk membatalkan shalat dan menyelamatkan anak yang sedang menghadapi bahaya.


4. Beliau lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri
-------------------------------------------------------------------------
Ketika datang wahyu untuk melakukan hijrah dari kota Makkah ke Madinah, Muhammad Saw baru berangkat ke Madinah setelah semua kaum Muslimin Makkah berangkat terlebih dulu. Padahal saat itu beliau terancam akan dibunuh, namun tetap mengutamakan keselamatan kaumnya yang lebih lemah.
Ketika etnik Yahudi yang berada di dalam kekuasaan kaum Muslimin meminta perlindungan kepadanya dari gangguan orang Islam di Madinah, beliau sampai mengeluarkan pernyataan : Bahwa barang siapa yang mengganggu dan menyakiti orang-orang Yahudi yang meminta perlindungan kepadanya, maka sama dengan menyatakan perang kepada Allah dan Rasulnya. Padahal tindakan demikian bisa menjatuhkan kredibilitas Beliau di mata kelompok-kelompok etnik Arab yang sudah lama memusuhi etnik Yahudi.


5. Beliau memilih jalan yang tersukar untuk dirinya dan termudah untuk umatnya
---------------------------------------------------------------------------------------------
Apabila ada orang yang lebih memilih mempersulit diri sendiri dari pada mempersulit orang lain, maka dia adalah para Nabi dan Rasul. Begitu pun dengan Muhammad saw. Ketika orang lain disuruh mencari jalan yang termudah dalam beragama, maka Beliau memilih untuk mengurangi tidur, makan dan shalat sampai bengkak kakinya.

Ketika dia menyampaikan perintah Allah Swt kepada umat untuk mengeluarkan zakat hartanya hanya sebesar 2,5 bagian saja dari harta mereka, dia bahkan menyerahkan seluruh hartanya untuk perjuangan dan tidak menyisakan untuknya dan keluarganya, kecuali rumah yang menempel di samping mesjid, satu dua potong pakaian dan beberapa butir kurma atau sepotong roti kering untuk sarapan. Sampai-sampai tidurnya hanya di atas pelepah korma.

Seperti pernah dia bertanya kepada Aisyah ra. Istrinya apakah hari itu ada sepotong roti kering atau sebiji korma untuk dimakan. Ketika istrinya berkata bahwa tidak ada semua itu, maka Muhammad Saw mengambil batu dan mengganjalkannya ke perut untuk menahan lapar.


6. Beliau lebih mendahulukan tujuan akhirat daripada maksud duniawi.
---------------------------------------------------------------------------------
Para Nabi dan Rasul adalah orang-orang terpilih sekaligus contoh teladan bagi kita.

Muhammad Saw menunjukkan bahwa jalan akhirat itu lebih utama daripada kenikmatan dunia dengan seluruh isinya ini. Karena pandangannya yang selalu melihat akhirat sebagai tujuan, maka tidak ada yang sanggup menggoyahkan keyakinannya untuk menegakkan kebenaran.

“Seandainya kalian letakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, maka aku tidak akan berhenti dalam menyampaikan risalah ini.”

Demikian Muhammad Saw berkata kepada para pemimpin Quraisy yang mencoba menyuap Muhammad Saw dengan harta benda, menjanjikan kedudukan tertinggi di kalangan suku-suku Arab dan juga menyediakan wanita-wanita cantik asalkan Muhammad Saw mau menghentikan dakwahnya di kalangan mereka.


Pemimpin yang abadi cara berpikir dan pengaruhnya akan terus berjalan sampai akhir zaman.

Sumber : http://bambangkurniyanto.blogspot.co.id/2011/01/6-prinsip-kepemimpinan-nabi-muhammad.html

3 Ulama Kalsel Dalam 1 Garis Keturunan

3 Ulama Kalsel Dalam 1 Garis Keturunan

3 Ulama Kalsel Dalam 1 Garis Keturunan - asik belajar dot com. Pepatah bijak bilang bahwa buah akan jatuh tidak jauh dari pohonnya atau bisa juga ada yang bilang bahwa air cucuran atap gugurnya ke pelimpahan juga.  Artinya secara umum dapat kita artikan bahwa apa yang dialami anak atau keturunan seseorang tidak jauh dari yang pernah dilakukan keluarganya tempo dulu, atau kata ekstrimnya, sifat ortu akan nurun ke anak-anaknya.

Di daerah Kalimantan Selatan secara umum peran Ulama sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari, bahkan kadang digunakan oleh politikus untuk merebut simpatik masyarakat.  Nah, siapa sajakah Ulama Besar Urang Banua tersebut yang masih dalam 1 (satu) garis keturunan?

Muhammad Arsyad al-Banjari
3 Ulama Kalsel Dalam 1 Garis Keturunan
Ulama Besar ini juga dikenal dengan sebutan "Datuk Kalampayan". Berdasarkan data dari http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Arsyad_al-Banjari, beliau lahir di desa  Lok Gabang, Martapura, pada tanggal  4 Mei 1710 (umur 303) dan meninggal 13 Oktober 1812.
Hasil karya beliau yang termasyur dan diabadikan di Kalsel yaitu menjadi nama sebuah masjid raya dengan sebutan Masjid Raya Sabilal Muhtadin.  Nama ini diambil dari karangan kitab beliau, seperti yang dikutip dari wikipedia...
Kitab karya Syekh Muhammad Arsyad yang paling terkenal ialah Kitab Sabilal Muhtadin, atau selengkapnya adalah Kitab Sabilal Muhtadin lit-tafaqquh fi amriddin, yang artinya dalam terjemahan bebas adalah "Jalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk mendalami urusan-urusan agama". Syekh Muhammad Arsyad telah menulis untuk keperluan pengajaran serta pendidikan, beberapa kitab serta risalah lainnya,..
Siapakah yang menjadi Ulama besar settelah beliau? dan masih dalam garis risalah keturunannya?

Muhammad Zaini Abdul Ghani
3 Ulama Kalsel Dalam 1 Garis Keturunan
Ulama kharismatik ini merupakan keturunan ke-8 dari "Datuk Kalampayan". Ulama Besar ini sering dipanggil dengan "Guru Izai" atau "Guru Sakumpul".  Beliau lahir di Tunggul Irang, Martapura, 11 Februari 1942 – meninggal di Martapura, 10 Agustus 2005 pada umur 63 tahun, adalah Ulama Banjar yang sangat kharismatik dan populer di Kalimantan.

Guru Sekumpul juga sempat memberikan beberapa (10) pesan kepada seluruh masyarakat Islam, yakni:
  1. Menghormati ulama dan orang tua
  2. Baik sangka terhadap muslimin
  3. Murah harta
  4. Manis muka
  5. Jangan menyakiti orang lain
  6. Mengampunkan kesalahan orang lain
  7. Jangan bermusuh-musuhan
  8. Jangan tamak atau serakah
  9. Berpegang kepada Allah, pada kabul segala hajat
  10. Yakin keselamatan itu pada kebenaran.
Baca secara lengkap di http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Zaini_Abdul_Ghani
Siapakah ulama yang juga segaris keturunan lainnya?

Muhammad Arifin Ilham
3 Ulama Kalsel Dalam 1 Garis Keturunan
Ulama muda ini lebih sering dipanggil dengan nama Arifin pada saat kecil di Banjarmasin.
Sebelum hijrah ke Jakarta beliau bersekolah layaknya remaja umumnya di Banjarmasin. Data dari wikipedia mengatakan bahwa...

K.H. Muhammad Arifin Ilham lahir di Banjarmasin, 8 Juni 1969; adalah seorang pendakwah atau da'i. Beliau mendirikan majelis taklim bernama "Adz-Dzikra" pada tahun 2000.
Arifin Ilham adalah anak kedua dari lima bersaudara, dan dia satu-satunya anak lelaki. Ayah Arifin masih keturunan ketujuh Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, ulama besar di Kalimantan, sementara ibunya, Hj. Nurhayati, kelahiran Haruyan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. 
Artinya beliau adalah keturunan ke-8 dari Datuk Kalampayan.

Sumber dan Baca secara lengkap di:
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Arsyad_al-Banjari
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Zaini_Abdul_Ghani
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Arifin_Ilham
http://www.asikbelajar.com/2014/08/3-ulama-kalsel-dalam-1-garis-keturunan.html

NAMA-NAMA PAHLAWAN DARI KALIMANTAN

Nama-Nama Pahlawan dari Pulau Kalimantan :
 
1.Pangeran Antasari (lahir di Kayu Tangi, Banjar, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan, 1797[2] atau 1809[3] – meninggal di Bayan Begok, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah, 11 Oktober 1862 pada umur 53 tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia.

Ia meninggal karena penyakit paru-paru dan cacar di pedalaman sungai Barito, Kalimantan Tengah. Kerangkanya dipindahkan ke Banjarmasin dan dimakamkan kembali di Taman Makam Perang Banjar Banjarmasin Utara, Banjarmasin. Perjuangan beliau dilanjutkan oleh puteranya Sultan Muhammad Seman dan mangkubumi Panembahan Muda (Pangeran Muhammad Said) serta cucunya Pangeran Perbatasari (Sultan Muda) dan Ratu Zaleha.

Pada 14 Maret 1862 beliau dinobatkan sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan Banjar) dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin dihadapan para kepala suku Dayak dan adipati (gubernur) penguasa wilayah Dusun Atas, Kapuas dan Kahayan yaitu Tumenggung Surapati/Tumenggung Yang Pati Jaya Raja.

Silsilah

Semasa muda nama beliau adalah Gusti Inu Kartapati. Ayah Pangeran Antasari adalah Pangeran Masohut (Mas'ud) bin Pangeran Amir bin Sultan Muhammad Aminullah.[4] Ibunya Gusti Hadijah binti Sultan Sulaiman. Pangeran Antasari mempunyai adik perempuan yang bernama Ratu Antasari/Ratu Sultan yang menikah dengan Sultan Muda Abdurrahman tetapi meninggal lebih dulu sebelum memberi keturunan.
images?q=tbn:ANd9GcTgdgt4Fn9-NgIKOMFDDBV
Pangeran Antsari memiliki 3 putera dan 8 puteri. [5]
[sunting] Pangeran Antasari menjadi Pewaris Kerajaan Banjar

Pangeran Antasari tidak hanya dianggap sebagai pemimpin Suku Banjar, beliau juga merupakan pemimpin Suku Ngaju, Maanyan, Siang, Sihong, Kutai, Pasir, Murung, Bakumpai dan beberapa suku lainya yang berdiam di kawasan dan pedalaman atau sepanjang Sungai Barito.

Setelah Sultan Hidayatullah ditipu belanda dengan terlebih dahulu menyandera Ratu Siti (Ibunda Pangeran Hidayatullah) dan kemudian diasingkan ke Cianjur, maka perjuangan rakyat Banjar dilanjutkan pula oleh Pangeran Antasari. Sebagai salah satu pemimpin rakyat yang penuh dedikasi maupun sebagai sepupu dari pewaris kesultanan Banjar. Untuk mengokohkan kedudukannya sebagai pemimpin perjuangan umat Islam tertinggi di Banjar bagian utara (Muara Teweh dan sekitarnya), maka pada tanggal 14 Maret 1862, bertepatan dengan 13 Ramadhan 1278 Hijriah, dimulai dengan seruan:
“ Hidup untuk Allah dan Mati untuk Allah! ”

Seluruh rakyat, pejuang-pejuang, para alim ulama dan bangsawan-bangsawan Banjar; dengan suara bulat mengangkat Pangeran Antasari menjadi "Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin", yaitu pemimpin pemerintahan, panglima perang dan pemuka agama tertinggi.[6]

Tidak ada alasan lagi bagi Pangeran Antasari untuk berhenti berjuang, ia harus menerima kedudukan yang dipercayakan oleh Pangeran Hidayatullah kepadanya dan bertekad melaksanakan tugasnya dengan rasa tanggung jawab sepenuhnya kepada Allah dan rakyat.
[sunting] Perlawanan terhadap Belanda
Lanting Kotamara semacam panser terapung di sungai Barito dalam pertempuran dengan Kapal Celebes dekat pulau Kanamit, Barito Utara

Perang Banjar pecah saat Pangeran Antasari dengan 300 prajuritnya menyerang tambang batu bara milik Belanda di Pengaron tanggal 25 April 1859. Selanjutnya peperangan demi peperangan dipkomandoi Pangeran antasari di seluruh wilayah Kerajaan Banjar. Dengan dibantu para panglima dan pengikutnya yang setia, Pangeran Antasari menyerang pos-pos Belanda di Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong, sepanjang sungai Barito sampai ke Puruk Cahu.

Pertempuran yang berkecamuk makin sengit antara pasukan Khalifatul Mukminin dengan pasukan Belanda, berlangsung terus di berbagai medan. Pasukan Belanda yang ditopang oleh bala bantuan dari Batavia dan persenjataan modern, akhirnya berhasil mendesak terus pasukan Khalifah. Dan akhirnya Khalifah memindahkan pusat benteng pertahanannya di Muara Teweh.

Berkali-kali Belanda membujuk Pangeran Antasari untuk menyerah, namun beliau tetap pada pendirinnya. Ini tergambar pada suratnya yang ditujukan untuk Letnan Kolonel Gustave Verspijck di Banjarmasin tertanggal 20 Juli 1861.
“ ...dengan tegas kami terangkan kepada tuan: Kami tidak setuju terhadap usul minta ampun dan kami berjuang terus menuntut hak pusaka (kemerdekaan)... ”

Dalam peperangan, belanda pernah menawarkan hadiah kepada siapa pun yang mampu menangkap dan membunuh Pangeran Antasari dengan imbalan 10.000 gulden. Namun sampai perang selesai tidak seorangpun mau menerima tawaran ini.

Setelah berjuang di tengah-tengah rakyat, Pangeran Antasari kemudian wafat di tengah-tengah pasukannya tanpa pernah menyerah, tertangkap, apalagi tertipu oleh bujuk rayu Belanda pada tanggal 11 Oktober 1862 di Tanah Kampung Bayan Begok, Sampirang, dalam usia lebih kurang 75 tahun. Menjelang wafatnya, beliau terkena sakit paru-paru dan cacar yang dideritanya setelah terjadinya pertempuran di bawah kaki Bukit Bagantung, Tundakan.

Setelah terkubur selama lebih kurang 91 tahun di daerah hulu sungai Barito, atas keinginan rakyat Banjar dan persetujuan keluarga, pada tanggal 11 November 1958 dilakukan pengangkatan kerangka Pangeran Antasari. Yang masih utuh adalah tulang tengkorak, tempurung lutut dan beberapa helai rambut. Kemudian kerangka ini dimakamkan kembali Komplek Pemakaman Pahlawan Perang Banjar, Kelurahan Surgi Mufti, Banjarmasin.

Pangeran Antasari telah dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional dan Kemerdekaan oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan SK No. 06/TK/1968 di Jakarta, tertanggal 23 Maret 1968.[7] Nama Antasari diabadikan pada Korem 101/Antasari dan julukan untuk Kalimantan Selatan yaitu Bumi Antasari. Kemudian untuk lebih mengenalkan P. Antasari kepada masyarakat nasional, Pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) telah mencetak dan mengabadikan nama dan gambar Pangeran Antasari dalam uang kertas nominal Rp 2.000
Hasan Basry
Hasan_Basri_Durin.jpg 
Brigjen Hasan Basry (lahir di Kandangan, Hulu Sungai Selatan, 17 Juni 1923 – meninggal di Jakarta, 15 Juli 1984 pada umur 61 tahun) adalah seorang tokoh militer Indonesia. Ia dimakamkan di Simpang Tiga, Liang Anggang, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Dianugerahi gelar Pahlawan nasional Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 110/TK/2001 tanggal 3 November 2001.[1]
[sunting] Biografi

Hasan Basry menyelesaikan pendidikan di Hollands Inlandsche School (HIS) yang setingkat sekolah dasar, kemudian ia mengikuti pendidikan berbasis Islam, mula-mula di Tsanawiyah al-Wathaniah di Kandangan, kemudian di Kweekschool Islam Pondok Modern di Ponorogo, Jawa Timur.[1]

Setelah prolamasi kemerdekaan, Hasan Basry aktif dalam organisasi pemuda Kalimantan yang berpusat di Surabaya. Dari sini ia mengawali kariernya sebagai pejuang. Pada 30 Oktober 1945, Hasan Basry berhasil menyusup pulang ke Kalimantan Selatan dengan menumpang kapal Bintang Tulen, yang berangkat lewat pelabuhan Kalimas Surabaya. Sesampainya di Banjarmasin, Hasan Basry menemui H. Abdurrahman Sidik di Pekapuran, untuk mengirimkan pamflet dan poster tentang kemerdekaan Indonesia. Selain itu melalui AA. Hamidhan, juga dikirim pamflet ke Amuntai dengan Ahmad Kaderi, sedangkan yang ke Kandangan dikirim lewat H. Ismail.

Di Haruyan pada tanggal 5 Mei 1946 para pejuang mendirikan Lasykar Syaifullah. Program utama organisasi ini adalah latihan keprajuritan, sebagai pemimpin ditunjuklah Hassan Basry. Pada tanggal 24 September 1946 saat acara pasar malam amal banyak tokoh Lasykar Syaifullah yang ditangkap dan dipenjarakan Belanda. Karena itu Hassan Basry mereorganisir anggota yang tersisa dengan membentuk , Benteng Indonesia.[1]

Pada tanggal 15 Nopember 1946, Letnan Asli Zuchri dan Letnan Muda M.Mursid anggota ALRI Divisi IV yang berada di Mojokerto, menghubungi Hassan Basry untuk menyampaikan tugas yaitu mendirikan satu batalyon ALRI Divisi IV di Kalimantan Selatan. Dengan mengerahkan pasukan Banteng Indonesia Hassan Basry berhasil membentuk batalyon ALRI tersebut. Ia menempatkan markasnya di Haruyan. Selanjutnya ia berusaha menggabungkan semua kekuatan bersenjata di Kalimantan Selatan ke dalam kesatuan yang baru terbentuk itu.[1]

Perkembangan politik di tingkat pemerintah pusat di Jawa menyebabkan posisi Hasan Basry dan pasukannya menjadi sulit. Sesuai dengan Perjanjian Linggarjati (25 Maret 1947), Belanda hanya mengakui kekuasaan de facto RI atas Jawa, Madura dan Sumatera. Berarti Kalimantan merupakan wilayah yang ada di bawah kekuasaan Belanda. Akan tetapi, Hasan Basry tidak terpengaruh oleh perjanjian tersebut. Ia dan pasukannya tetap melanjutkan perjuangan melawan Belanda. Sikap yang sama diperlihatkan pula terhadap Perjanjian Renville (17 Januari 1948). Ia menolak untuk memindahkan pasukannya ke daerah yang masih dikuasai RI, yakni ke Jawa.[1]

Perjuangan Hassan Basry di Kalimantan Selatan selalu merepotkan pertahanan Belanda pada masa itu dengan puncaknya berhasil memproklamasikan kedudukan Kalimantan sebagai bagian dari Republik Indonesia yang dikenal dengan Proklamasi 17 Mei 1949.

Pada tanggal 2 September 1949 dilakukan perundingan antara ALRI DIVISI (A) dengan Belanda, beserta penengah UNCI. Pada kesempatan ini, Jenderal Mayor Suharjo atas nama pemerintah mengakui keberadaan ALRI DIVISI (A) sebagai bagian dari Angkatan Perang Indonesia, dengan pemimpin Hassan Basry dengan pangkat Letnan Kolonel.

Kemudian pada 1 November 1949, ALRI DIVISI (A) dilebur ke dalam TNI Angkatan Darat Divisi Lambung Mangkurat, dengan panglima Letkol Hassan Basry. Selesai perang kemerdekaan, beliau melanjutkan pendidikan agamaya ke Universitas Al Azhar tahun 1951 – 1953. Selanjutnya diteruskan di American University Cairo tahun 1953 – 1955.

Sekembalinya ke tanah air, pada tahun 1956, Hassan Basry di lantik sebagai Komandan Resimen Infanteri 21/Komandan Territorial VI Kalsel. Dan pada tahun 1959, ditunjuk sebagai Panglima Daerah Militer X Lambung Mangkurat.

Pada saat suasana politik memanas karena kegiatan PKI dan ormasnya, Hassan Basry mengeluarkan surat pembekuan kegiatan PKI beserta ormasnya pada tanggal 22 Agustus 1960. Keluarnya surat ini sempat ditegur oleh Presiden Sukarno, namun Hassan Basry sebagai kepala Penguasa Perang Daerah Kalsel tidak mentaati teguran presiden. Pembekuan PKI dan ormasnya diikuti oleh daerah Sulawesi Selatan dan Sumatera Selatan, peristiwa ini dikenal dengan sebutan Tiga Selatan. Pada tahun 1961 – 1963, menjabat Deputi Wilayah Komando antar Daerah Kalimantan dengan pangkat Brigadir Jenderal. Pada tanggal 17 Mei 1961, bertepatan peringatan Proklamasi Kalimantan, sebanyak 11 organisasi politik dan militer menetapkan Hassan Basry sebagai Bapak Gerilya Kalimantan. Kesepakatan ini diikuti oleh ketetapan DPRGR Tingkat II Hulu Sungai Utara pada tanggal 20 Mei 1962, yaitu ketetapan Hassan Basry sebagai Bapak Gerilya Kalimantan.

Pada 1960 – 1966, Hassan Basry menjadi anggota MPRS. Pada tahun 1970, beliau diangkat sebagai Ketua Umum Harian Angkatan 45 Kalsel sekaligus sebagai Dewan Paripurna Angkatan 45 Pusat dan Dewan Paripurna Pusat Legiun Veteran Republik Indonesia. Pada 1978 – 1982, Hassan Basry menjadi anggota DPR.

Hassan Basry meninggal pada tanggal 15 Juli 1984 setelah sakit dan dirawat di RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Pemakaman beliau dilaksanakan secara militer dengan inspektur upacara Mayjen AE. Manihuruk. beliau dimakamkan di Liang Anggang Banjarbaru Kalimantan Selatan. Atas jasa-jasanya, beliau dianugerahi sebagai Pahlawan Kemerdekaan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 3 November 2001
Tjilik Riwut: Pahlawan Dayak-Nasional
20100618-tjilik.jpg
Seorang yang bangga akan tanah leluhurnya serta selalu menyatakan dirinya sebagai "orang hutan" karena ia lahir dan tumbuh besar di belantara hutan Kalimantan. Ia lahir di Katunen, Kasongan, tepatnya Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Ia adalah seorang yang mencintai alam dan dan seorang yang mempunyai pendirian yang kuat yang dapat melihat sekitarnya dengan dasar yang kokoh terutama mengenai budaya Dayak.

Ketika Ia menginjak usia remaja, ia sering pergi seorang diri menuju Bukit Batu, untuk bertapa. Pada waktu melakukan pertapaan inilah ia memperoleh petunjuk pertama kali yang mengarahkannya untuk menyeberangi lautan menuju ke Pulau Jawa. Pada jaman dulu bisa dibayangkan keterbatasan sarana transportasi apalagi sarana komunikasinya sangatlah sulit. Unruk mencapai pulau Jawa ia tak kenal lelah dan putus asa, halangan serta rintangan dianggapnya sebagai pemacu semangat untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan. Segala macam cara ia coba untuk melakukannya baik itu ia harus berjalan kaki menerobos lebatnya belantara Kalimantan, menyusuri sungai menggunakan perahu maupun rakit, agar ia dapat mencapai pulau Jawa di seberang laut sana. Akhirnya, ia pun sampai juga di Banjarmasin, sekarang ibukota Kalimantan Selatan, dan di sinilah ia mendapatkan pekerjaan yang akan mengantarkannya ke tempat tujuan, yaitu Pulau Jawa.

Pada awal perjalanan karirnya (1940) di mulai menjadi seorang pemimpin redaksi majalah Pakat Dayak bersama "Suara Pakat". Koresponden Harian Pemandangan, pimpinan M. Tambran. Dan juga koresponden Harian Pembangunan, pimpinan Sanusi Pane, seorang sastrawan Indonesia angkatan pujangga baru. Ia juga menjadi salah seorang tokoh yang mewakili 142 suku Dayak yang berada di pedalaman Kalimantan (185.000 jiwa) yang menyatakan diri dan melaksanakan Sumpah Setia dengan upacara adat leluhur suku Dayak kepada pemerintah Republik Indonesia (17 Desember 1946). Ia adalah putra Dayak yang menjadi seorang anggota KNIP (1946 - 1949). Ia juga berjasa dalam memimpin Operasi penerjunan Pasukan Payung yang pertama kali dalam sejarah Angkatan Bersenjata Republik indonesia (17 Oktober 1947), tepatnya di desa Sambi, Pangkalanbun. Dengan pasukan MN 1001. Peristiwa ini kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Pasukan Khas TNI-AU.

Dalam suatu kesempatan, ia akhirnya dapat pulang kembali ke tanah leluhurnya, dan kembali bertapa di Bukit Batu. Pada pertapaannya kali ini ia memohon petunjuk dari Yang Maha Kuasa untuk perjuangannya melawan penjajah yang pada saat itu sedang "bertengger" di Indonesia. Dalam kesempatan itu ia pun bernazar untuk tidak menikah sebelum Indonesia merdeka. Setelah ia selesai melakukan pertapaanya, ia memperoleh suatu benda, yaitu sebuah batu yang berbentuk seperti daun telinga. Petunjuk yang ia peroleh sewaktu bertapa mengatakan bahwa batu yang ia peroleh itu dapat dipergunakan untuk mendengar dan memantau musuh apabila di letakkan berdekatan dengan daun telinganya. Namun setelah kemerdekaan Indonesia, batu itu pun gaib keberadaannya.

Sebagai seorang pejuang yang sangat mencintai kebudayaan leluhurnya, ia sangat fanatik dengan angka 17, yaitu angka kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Karena begitu menyatunya dengan angka 17 ini pada dirinya maka sebagaian besar kehidupannya dipengaruhi oleh angka 17, berikut beberapa contohnya.

1. Pelaksanaan sumpah setia 142 suku di pedalaman Kalimantan yang ia wakili kepada pemerintah Republik Indonesia secara adat dihadapan Presiden Soekarno di Gedung Agung, Yogyakarta 17 Desember 1946.
2. Desa Pahandut yang merupakan cikal bakal dari ibukota Kalimantan Tengah, yaitu Palangka Raya. Merupakan desa yang ke-17 yang dihitung dari sungai Kahayan.
3. Peletakkan batu pertama kota Palangka Raya yang melambangkan perjuangan yang telah memberikan hasil kepada masyarakatnya, pada tanggal 17 Juli 1957.
4. Ia menjadi gubernur yang pertama bagi provinsi yang ke-17, yaitu provinsi Kalimantan Tengah
5. Kelahiran provinsi Kalimantan Tengah tepat pada masa pemerintahan Republik Indonesia Kabinet yang ke-17.

Akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1987, putra terbaik Dayak ini tutup usia dalam usia 69 tahun di Rumah Sakit Suaka Insan, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Begitu banyak jasa dan pengorbanan yang telah dilakukan oleh seorang putra Dayak ini, bahaya pun selalu mengintai keselamatannya. Namun berbekal keyakinan teguh serta semangat yang membara akan cita-cita yang telah lama diimpikannya, ia pun melakukan tugasnya tanpa kenal lelah apalagi kata menyerah dalam dirinya. Tidaklah kecil jasa seorang Tjilik Riwut kepada bangsa Indonesia. Haruslah generasi sekarang ini mengenang jasa-jasanya agar dapat memetik keteladanan, kegigihan serta perjuangan hidupnya agar dapat dijadikan panutan bagi kita.

Atas jasa-jasanya yang telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia serta membangun provinsi Kalimantan Tengah maka, pada masa pemerintahan presiden B.J. Habibie, ia ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia. untuk mengingat jasa seorang Tjilik Riwut, putra Kasongan sungai Katingan ini diabadikan pada berbagai tempat di Kalimantan Tengah, diantaranya bandara Palangka Raya, jalan terpanjang di Kalimantan yang menghubungkan kota Palangka Raya hingga daerah Kotawaringin. 
Panglima Batur
images?q=tbn:ANd9GcSceCVB26sJxFRbWcHfKRH
Panglima Batur kelahiran tahun 1852 silam di desa Buntok Baru Kecamatan Teweh Tengah,Barito Utara meninggal di usia 53 atau pada tanggal 5 Oktober 1905 dan dimakamkan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Dalam buku itu diceritakan sejarah tentang terbunuhnya Panglima Batur dengan cara diduga digantung oleh Belanda tahun 1905 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Seorang tentara Belanda yang menghukum gantung pejuang rakyat pedalaman Barito ini juga merupakan pelaku yang mengeksekusi pejuang rakyat Aceh yang juga pahlawan Nasional bernama Teuku Umar.
Pejuang di Daerah Aliran Sungai Barito itu merupakan tangan kanan Sultan Muhammad Seman (anak Pangeran Antasari) ini bersama pasukannya hanya dilengkapi alat sederhana melawan Belanda yang menggunakan persenjataan lengkap.
Kawasan yang menjadi tempat pertempuran itu berada di sekitar Desa Buntok Baru, Butong, Lete, Mantehep (dekat Muara Teweh) bahkan sampai ke wilayah Manawing dan Beras Kuning wilayah hulu Barito.
Pejuangan Barito dari rakyat biasa ini ditangkap Belanda di Muara Teweh pada 24 Agustus 1905 dan dibawa ke Banjarmasin kemudian dihukum gantung dengan tuduhan makar, namun saat mau dieksekusi ditiang gantung salah satu alatnya tidak berfungsi dan saat itu rencana hukum gantung ditunda.
Setelah tertunda sepekan, pejuang yang dicari-cari Belanda dengan hadiah 1.000 gulden apabila tertangkap itu kembali akan dihukum gantung, namun saat itu Belanda terkejut karena Panglima Batur sudah meninggal dunia.
Jasad pejuang itu tetap dibawa ke tiang gantungan untuk diperlihatkan kepada masyarakat bahwa Panglima Batur benar-benar dihukum gantung dan jenazahnya dikubur di Kuin Banjarmasin, selanjutnya pada tanggal 21 April 1958 makamnya dipindahkan ke Komplek Makam Pahlawan Perang Banjar, Banjarmasin
Pangeran.M.Noor
images?q=tbn:ANd9GcRxM87iIQ5jZs0JuaLVu13
Pangeran.M.Noor dilahirkan 24 Juni 1901 di Martapura, Kalimantan Selatan dari keluarga bangsawan Banjar. Setelah lulus HIS (1917) ia belajar di MULO (1921), ke HBS (1923), kemudian masuk sekolah teknik tinggi di Bandung dan berhasil meraih gelar Insinyur pada tahun 1927, setahun setelah Ir. Soekarno (presiden RI pertama). , Pada tahun 1935-1939 beliau menggantikan ayahnya Pangeran Muhammad Ali sebagai wakil Kalimantan dalam Volksraad di masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Tahun 1939, beliau digantikan Mr. Tadjudin Noor.
Setelah Indonesia merdeka beliau diangkat sebagai Gubernur Kalimantan yang pertama. Dalam aksi gerilya bersenjata ia mendirikan pasukan M.N.1001 yang beroperasi di Kalimantan Selatan pada tahun 1945 – 194.
Sebagai seorang ilmuan beliau diangkat menjadi Menteri Pekerjaan Umum (1956-1957) pada Kabinet Ali Sastromijoyo. Ketika itulah membuat gagasan ‘Proyek Sungai Barito’ yang berhasil merealisasikan pembangunan PLTA Riam Kanan dan pengerukan ambang Barito, sekarang PLTA itu diabadikan memakai nama beliau menjadi PLTA P.M.Noor.
Menjelang akhir hayatnya beliau terbaring lemah di RS. Pelni Jakarta, tetapi semangat beliau untuk membicarakan pembangunan di Kalimantan Selatan tak pernah surut. Setiap ada tamu yang berkunjung beliau masih saja bertukar pikiran mengenai pembangunan di banua. Bagi beliau pembangunan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat adalah identik dengan kehidupannya. Ia akan berhenti berpikir dan berbicara akan hal itu (pembangunan) bilamana otak dan nafasnya sudah berhenti. Saat hari-hari akhir masa hidupnya dengan kondisi tubuh yang sudah mulai menurun, PM Noor berkata, “Teruskan . . . Gawi kita balum tuntung“
Akhirnya, dengan ketetapan Allah Yang Maha Kuasa, Mohamad Noor, dipanggil-Nya dalam usia 78 tahun pada 15 Januari 1979. Dimakamkan disamping istri tercinta ibunda Gusti Aminah yang sudah mendahuluinya di TPU Karet Jakarta.
Selain diabadikan sebagai nama waduk, jalan menuju bendungan tersebut juga dinamakan Jalan Ir. Pangeran M. Noor.
.
 Kiai Haji Idham Chalid
KH+Idham+Chalid+Al+Banjari.jpg
Banjarmasin - Sejumlah tokoh dan keluarga besar asal Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, kini menyiapkan tim untuk memperjuangkan gelar Pahlawan Nasional bagi almarhum Kiai Haji Idham Chalid yang wafat di Jakarta, sepekan lalu.

"Tim itu nanti yang menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan perjuangan mendapatkan gelar Pahlawan Nasional tersebut, termasuk melakukan komunikasi dengan berbagai pihak," kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalimantan Selatan (Kalsel) H. Ahmad Makkie, di Banjarmasin, Sabtu kemarin.

Usai tahlilan memperingati wafatnya KH Idham Chalid, dia mengatakan pembentukan tim dan gagasan memperjuangkan gelar Pahlawan Nasional itu menindaklanjuti aspirasi yang tumbuh dan berkembangan di masyarakat, khususnya warga Kalsel.

Menurut mantan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia asal Daerah Pemilihan Kalsel itu, tidak berkelebihan atau wajar-wajar saja kalau masyarakat di provinsinya menginginkan/memperjuangkan agar tokoh urang Banjar yang menasional tersebut mendapat gelar Pahlawan Nasional.

Mantan Bupati Tapin dua periode itu mengemukakan, jasa-jasa almarhum tidak saja bagi daerah Kalsel atau Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) khususnya, tetapi lebih luas lagi, yaitu bagi negara dan bangsa Indonesia.

"Oleh karena itu, agar tidak kedahuluan orang lain, kami harus segera bersikap untuk memperjuangkan gelar Pahlawan Nasional tersebut, dan sebagai langkah awalnya membentuk tim," demikian Makkie.

Mantan Gubernur Kalsel 1985-1995, H.M. Said menyambut positif atas gagasan memperjuangkan gelar Pahlawan Nasional terhadap almarhum Idham Chalid. Bahkan, perjuangan tersebut perlu diambil alih pemerintah provinsi bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat.

"Akan lebih baik diambil alih atau dilakukan Pemprov bersama DPRD Provinsi Kalsel," kata mantan anggota DPD RI asal dari provinsi tersebut menyarankan.

Mengenai data pendukung untuk memperjuangkan gelar Pahlawan Nasional, menurut peraih Pena Emas Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) itu, hal tersebut mungkin tidak terlalu sulit sebab sudah ada buku sejarah almarhum.

Begitu pula, dalam buku yang dibuat almarhum Brigjen H. Hasan Basri yang mendapat julukan Bapak Geriliya Kalimantan itu menerangkan bahwa almarhum Idham Chalid juga seorang tokoh pejuang angkatan 45 dalam menegakkan kemerdekaan serta mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Dalam buku almarhum Hasan Basri tersebut diterangkan, Idham Chalid juga punya peran dalam mencegah berpisahnya Kalimantan dari NKRI, yang ketika itu digembar-gemburkan Dewan Banjar," ungkapnya.

"Bahkan, ketika itu (1948) Kalimantan mau menjadi negara sendiri dengan presidennya Sultan Hamid. Tapi, karena perjuangan Hasan Basri bersama kawan-kawan, termasuk almarhum Idham Chalid, Negara Kalimantan tidak pernah ada dan tetap dalam NKRI," demikian M. Said.

Pendapat dan dukungan senada dari H. Syafriansyah, mantan anggota DPR RI dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Dia menambahkan, ketokohan almarhum Idham Chalid bukan cuma menasional, melainkan juga internasional.

"Ketokohan Idham Chalid yang juga menginternasional itu, saya baca dalam bukunya Roeslan Abdul Gani, seorang politikus nasional yang cukup terkenal, baik pada masa Presiden Soekarno maupun Presiden Soeharto," demikian Syafriansyah.

Tim persiapan perjuangan untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional bagi almarhum Idham Chalid tersebut, antara lain H. Abdul Latif Hanafiah, anggota DPRD Kalsel, H. Kamarul Hidayat dari Banjar TN, dan Aliansyah dari Tabloid Serambi Ummah Banjarmasin Post Group.

Sumber : http://rachmatsolleh.mywapblog.com/nama-nama-pahlawan-dari-kalimantan.xhtml

SEJARAH PERJUANGAN SUKU DAYAK

Sejarah Singkat

Sebelum abad XIV, daerah Kalimantan Tengah termasuk daerah yang masih murni, belum ada pendatang dari daerah lain. Saat itu satu-satunya alat transportasi adalah perahu. Tahun 1350 Kerajaan Hindu mulai memasuki daerah Kotawaringin. Tahun 1365, Kerajaan Hindu dapat dikuasai oleh Kerajaan Majapahit. Beberapa kepala suku diangkat menjadi Menteri Kerajaan.
Tahun 1620, pada waktu pantai di Kalimantan bagian selatan dikuasai oleh Kerajaan Demak,  agama Islam mulai berkembang di Kotawaringin. Tahun 1679 Kerajaan Banjar mendirikan Kerajaan Kotawaringin, yang meliputi daerah pantai Kalimantan Tengah. Daerah-daerah tersebut ialah : Sampit, Mendawai, dan Pembuang. Sedangkan daerah-daerah lain tetap bebas, dipimpin langsung oleh para kepala suku, bahkan banyak dari antara mereka yang menarik diri masuk ke pedalaman.
Di daerah Pematang Sawang Pulau Kupang, dekat Kapuas, Kota Bataguh pernah terjadi perang besar. Perempuan Dayak bernama Nyai Undang memegang peranan dalam peperangan itu. Nyai Undang didampingi oleh para satria gagah perkasa, diantaranya Tambun, Bungai, Andin Sindai, dan Tawala Rawa Raca. Di kemudian hari nama pahlawan gagah perkasa Tambun Bungai, menjadi nama Kodam XI Tambun Bungai, Kalimantan Tengah.

Tahun 1787, dengan adanya perjanjian antara Sultan Banjar dengan VOC, berakibat daerah Kalimantan Tengah, bahkan nyaris seluruh daerah, dikuasai VOC. Tahun 1917, Pemerintah Penjajah mulai mengangkat masyarakat setempat untuk dijadikan  petugas-petugas pemerintahannya, dengan pengawasan langsung oleh para penjajah sendiri. Sejak abad XIX, penjajah mulai mengadakan ekspedisi masuk pedalaman Kalimantan dengan maksud untuk memperkuat kedudukan mereka. Namun penduduk pribumi, tidak begitu saja mudah dipengaruhi dan dikuasai. Perlawanan kepada para penjajah mereka lakukan hingga abad XX. Perlawanan secara frontal, berakhir tahun 1905, setelah Sultan Mohamad Seman terbunuh di Sungai Menawing   dan dimakamkan di Puruk Cahu.
Tahun 1835, Agama Kristen Protestan mulai masuk ke pedalaman. Hingga Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, para penjajah tidak mampu menguasai Kalimantan secara menyeluruh. Penduduk asli tetap bertahan dan mengadakan perlawanan. Pada Agustus 1935 terjadi pertempuran antara suku Dayak Punan yaitu Oot Marikit dengan kaum penjajah. Pertempuran diakhiri dengan perdamaian di Sampit antara Oot Marikit dengan menantunya Pangenan atau Panganon dengan Pemerintah Belanda.

Menurut Hermogenes Ugang , pada abad ke 17, seorang misionaris Roma Katholik bernama Antonio Ventimiglia  pernah datang ke Banjarmasin. Dengan perjuangan gigih dan ketekunannya hilir-mudik mengarungi sungai besar di Kalimantan dengan perahu yang  telah dilengkapi altar untuk mengurbankan Misa,  ia  berhasil membapbtiskan tiga ribu orang Ngaju menjadi Katholik.  Pekerjaan beliau dipusatkan di daerah hulu Kapuas (Manusup) dan pengaruh pekerjaan beliau terasa sampai ke daerah Bukit. Namun, atas perintah Sultan Banjarmasin, Pastor Antonius Ventimiglia kemudian dibunuh. Alasan pembunuhan adalah karena Pastor Ventimiglia sangat mengasihi orang Ngaju, sementara saat itu orang-orang Ngaju mempunyai hubungan yang kurang baik dengan Sultan Banjarmasin.

Dengan terbunuhnya Pastor Ventimiglia maka beribu-ribu umat Katholik orang Ngaju yang telah dibapbtiskannya, kembali kepada iman asli milik leluhur mereka. Yang tertinggal hanyalah tanda-tanda salib yang pernah dikenalkan oleh Pastor Ventimiglia kepada mereka. Namun tanda salib tersebut telah kehilangan arti yang sebenarnya. Tanda salib hanya menjadi benda fetis (jimat) yang berkhasiat magis sebagai penolak bala yang hingga saat ini terkenal dengan sebutan  lapak lampinak dalam bahasa Dayak atau cacak burung dalam bahasa Banjar.

Di masa penjajahan, suku Dayak di daerah Kalimantan Tengah, sekalipun telah bersosialisasi  dengan pendatang, namun tetap berada dalam lingkungannya sendiri. Tahun 1919, generasi muda Dayak yang telah mengenyam pendidikan formal, mengusahakan kemajuan bagi masyarakat sukunya dengan mendirikan Serikat Dayak dan Koperasi Dayak, yang dipelopori oleh Hausman Babu, M. Lampe , Philips Sinar, Haji Abdulgani, Sian, Lui Kamis , Tamanggung Tundan, dan masih banyak lainnya. Serikat Dayak dan Koperasi Dayak, bergerak aktif hingga tahun 1926. Sejak saat itu, Suku Dayak menjadi lebih mengenal keadaan zaman dan mulai bergerak.

Tahun 1928, kedua organisasi tersebut dilebur menjadi Pakat Dayak, yang bergerak dalam bidang sosial, ekonomi dan politik. Mereka yang terlibat aktif dalam kegiatan tersebut ialah Hausman Babu, Anton Samat, Loei Kamis. Kemudian dilanjutkan oleh Mahir Mahar, C. Luran, H. Nyangkal, Oto Ibrahim, Philips Sinar, E.S. Handuran, Amir Hasan, Christian Nyunting, Tjilik Riwut, dan masih banyak lainnya. Pakat Dayak meneruskan perjuangan, hingga bubarnya pemerintahan Belanda di Indonesia.

Tahun 1945, Persatuan Dayak yang berpusat di Pontianak, kemudian mempunyai cabang di seluruh Kalimantan, dipelopori oleh  J. Uvang Uray ,  F.J. Palaunsuka, A. Djaelani, T. Brahim, F.D. Leiden. Pada tahun 1959, Persatuan Dayak bubar,  kemudian bergabung dengan PNI dan Partindo. Akhirnya Partindo Kalimantan Barat meleburkan diri menjadi IPKI. Di daerah Kalimantan Timur berdiri Persukai atau Persatuan Suku Kalimantan Indonesia dibawah pimpinan Kamuk Tupak, W. Bungai, Muchtar, R. Magat, dan masih banyak  lainnya.
Pakat Dayak

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, pada tahun 1937, generasi muda Kalimantan yang telah mengenyam pendidikan formal, mengerti dan mengikuti perkembangan zaman, mengadakan pertemuan untuk membicarakan  segala sesuatu mengenai urusan suku Dayak dan urusan tanah Dayak sendiri. Pertemuan ini diadakan karena mereka  merasa prihatin akan situasi dan keadaan masyarakat sukunya. Dalam segala raad-raad atau komite-komite yang diadakan oleh pihak pemerintah Belanda, ataupun pihak partikulir, orang-orang dari suku Dayak tidak pernah diberi kesempatan untuk duduk di situ, walau kenyataannya poin pembicaraan adalah urusan tanah Dayak sendiri. Wakil Kalimantan di Volksraad Pejambon, juga tidak memberikan perhatian sehingga keinginan rakyat Dayak tidak pernah terdengar sampai Pejambon.

Kemudian didirikan suatu komite yang diberi nama Komite Kesadaran Suku Dayak. Tujuan utama pendirian ialah untuk menuntut hak dan kedudukan dalam Sidang Dewan Rakyat serta mengobarkan semangat suku Dayak akan nasib tanah airnya. Komite ini telah  mengumpulkan beribu-ribu tanda tangan dari seluruh suku Dayak, baik yang berdomisili di Kalimantan, maupun yang sedang merantau, untuk meminta kedudukan dalam Dewan Rakyat yang disampaikan kepada Pemerintah Agung.

Maksud dan Tujuan Pendirian Pakat Dayak
Maksud dan tujuan pendirian Pakat Dayak, seperti tersebut dalam Anggaran Dasar, pasal 2  dan 3, adalah sebagai berikut:

Pasal 2
Dasar

Perhimpunan ini berdasar pada persatuan suku Dayak dengan mengindahkan persamaan hak dan kewajiban. Maksud persatuan ini ialah penggabungan seluruh suku Dayak, hingga merupakan satu golongan yang besar dan teratur.

Pasal 3
Tujuan
a.    Mengejar ketinggalan derajat suku, baik dalam soal politik, sosial dan ekonomi.
b.    Persatuan seluruh suku Dayak
c.    Mengejar segala hak-hak yang diakui oleh Hukum Negara.
d.    Mempertinggi kembali Adat Leluhur, serta Kebudayaan Suku.

Terlihat dari pernyataan tersebut bahwa perhimpunan Pakat Dayak bukan perhimpunan keagamaan, sehingga siapapun yang merasa seorang Dayak berhak menjadi anggota.
Dalam usianya yang keempat, Pakat Dayak telah beranggotakan empat ribu lima ratus orang. Cabangnya tersebar di Dusun Timur, Barito, Kapuas, Kahayan, Samarinda, Pontianak, Katingan, Mentaya, Pangkalan Bun, Sebangau, Seruyan, bahkan dua cabang berada di Jawa. Dalam waktu singkat, Pakat Dayak telah mampu membangun 9 buah sekolah serta berpuluh-puluh warung kecil.

Sumber : https://putratunggaldayak1.wordpress.com/sejarah-perjuangan-suku-dayak/

Sejarah Asal Usul Kemunculan Blog

Blog merupakan hasil evolusi dari diary online: Diary atau catatan harian mengenai pendapat, opini, dan apapun itu dalam bentuk yang dipublikasikan secara online (menggunakan website). Salah seorang pioneer dari internet-based journalist ini adalah Justin Hall, yang melakukan membuat online diarynya Justin Links From The Underground ketika dia masih merupakan pelajar dari Swarthmore College.

Kala itu, Blog (atau ketika itu bernama online diary) pada umumnya merupakan website yang berisi kumpulan link menuju halaman web lain yang disertai komentar dan opini pemilik online diary tersebut mengenai halaman dari tujuan link tersebut. Sehingga online diary ketika itu bisa juga dikatakan sebagai katalog link berdasarkan opini pemilik. Para diarist adalah editor yang memilih link mana yang menarik dan menampilkan link tersebut di online diarynya.

Pada tahun 1997, Jorn Barger, seorang programer yang juga mengelola website online diary “robot wisdom”  menciptakan istilah weblog yang diambil dari kata “logging the web”. Logging bisa diartikan masuk. So, logging the web bisa diartikan “memasuki web”. Korelasinya adalah blogger awal di kala itu merupakan orang yang masuk ke belantara web dan menyortir link-link menarik berdasarkan opininya.

Hingga 1998, baru ada beberapa website yang dapat diidentifikasikan sebagai blog, hingga ketika itu menjelajahi semua weblog masih memungkingkan untuk di lakukan.
Pada tahun 1999, Peter Merholz menyebutkan istilah weblog sebagai wee-blog, hingga akhirnya dibuat pendek menjadi blog saja. Orang yang mengelola blog kemudian di sebut “blogger”.

Dari titik itulah semuanya berubah. Semakin hari, semakin banyak orang yang membuat blog. Pertumbuhan blog menjadi semakin signifikan ketika Pitas merilis Blogger.com pada Juli 1999. Blogger.com merupakan web service yang memungkinkan orang yang bahkan tidak memiliki kemampuan html sekalipun mampu menciptakan dan mengelola blog.
Di titik ini, blog benar-benar berubah. Bahkan definisi blog mulai bergeser.
Blog yang awalnya merupakan kumpulan link yang dikomentari oleh pemilik blog, mulai bergeser menjadi media ekspresi bebas semau pemilik blog yang ditampilkan secara kronologis terbalik.
class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Dari sini, semuanya benar-benar berubah. Blog bertumbuh demikian cepat. Terlebih setelah Movable Type diluncurkan dan wordpress sebagai project kelanjutan cms b2 dirilis ke publik sebagai blog engine.
Setelah itu, blog dan blogosphere terus berevolusi menjadi blogosphere yang kita huni hari ini

Pengertian Blog

Pengertian Blog, Blog adalah singkatan dari web log yang artinya jenis situs web yang menyerupai tulisan-tulisan pada halaman web, biasanya disusun diurutkan secara kronologis (waktu kejadian) mulai dari postingan yang terbaru berada di bagian atas halaman utama (halaman depan/homepage) diikuti postingan paling lama dibawahnya.

Seringkali blog di update secara berkala oleh pemilik dan ditulis hanya dengan satu topik khusus, contohnya tentang tutorial blog, Internet, tips dan trick, catatan pribadi, hobi dll. Walaupun tidak sedikit juga pemilik mencampur tulisannya dengan lebih dari satu topik seperti blog saya ini. Untuk mengetahui pengertian blog sebenarnya anda dapat membaca beberapa sumber yang menjelaskan tentang pemahaman blog atau juga anda dapat membuat blog pribadi anda dan rasakan seperti apa rasanya posting tulisan anda sendiri dan di komentari orang lain, saya yakin anda bisa menyimpulkan sendiri mengenai pengertian blog.

Pengertian Blog telah memberikan anda pemahaman tentang sudut pandang blog, Karena blog orang bisa berdiskusi tentang artikel yang ditulis melalui fitur yang disediakan di blog yaitu komentar yang dapat menjadi sebuah media interaksi kepada penulis blog.

Fitur-fitur lainnya dari blog yaitu buku tamu untuk memperkenalkan pengunjung, Arsip merupakan daftar link  yang mengarah ke artikel-artikel yang tersimpan didalam blog sehingga memudahkan pembaca untuk dapat mengetahui artikel apa saja yang telah di tulis, Fitur Search adalah alat untuk mencari artikel yang terdapat didalam blog itu dan dapat ditemukan dengan mudah dan cepat sehingga pembaca tidak perlu merasa kesulitan untuk mencari sebuah artikel.

Blog merupakan media informasi yang sangat membantu pengguna yang membutuhkan informasi, maka dari itu blog memiliki kasta tertinggi dalam tingkatan sosial media karena tugas seorang blogger adalah memberikan informasi yang dapat membantu para pembaca untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, sehingga Pembaca dapat belama-lama berada diblog kita karena menikmati informasi yang berguna. Cukup sekian artikel ini saya tulis, Saya harap dengan anda membaca artikel ini dapat membuka pikiran anda dalam memahami pengertian blog dan mengenal sejarah blog.
Referensi : Wikipedia dan lainnya
Sumber :  http://juragansejarah.blogspot.co.id/2012/07/sejarah-blog-lengkap.html