Rabu, 28 September 2016

Sejarah Konstantinopel atau Byzantium

Sejarah Konstantinopel atau Byzantium Sampai Kejatuhannya dan Ditinjau Dari Beberapa Prediksi

Sejarah Konstantinopel atau Byzantium sampai kejatuhannya, prediksi Rasulullah, Imam Al Mahdi, Bangsa Arab, Bangsa Persia, invasi besar-besaran Amerika ke Afganistan dan Irak, dan akhir zaman. Berhubungankah?
Byzantium
Byzantium adalah sebuah kota Yunani Kuno yang menurut legenda didirikan oleh para warga koloni Yunani dari Megara pada tahun 667 SM dan dinamai menurut nama raja mereka Byzas atau Byzantas. Nama Byzantium merupakan latinisasi dari nama asli kota tersebut yaitu Byzantion, kota ini kelak menjadi pusat kekaisaran Byzantium (kekaisaran Romawi menjelang dan pada abad pertengahan dengan nama Konstantinopel).
Pada tahun 196 M, kota ini dikepung oleh pasukan Romawi dan menderita kerusakan parah. Byzantium kemudian dibangun kembali oleh Septimus Severus, yang pada saat itu telah menjadi kaisar dan dengan segera memulihkan kemakmurannya. Lokasi Byzantium menarik perhatian Kaisar Romawi Konstantinus I yang pada tahun 330 M, membangun ulang kota itu menjadi Nova Roma. Setelah mangkatnya, kota ini disebut Konstantinopel (Kota Konstantinus). Kota ini selanjutnya menjadi ibukota Kekaisaran Romawi timur.
Kombinasi imperialisme dan lokasi ini mempengaruhi peran Konstantinopel sebagai titik penyeberangan antara dua benua Eropa dan Asia. Kota ini merupakan sebuah magnet komersial, kultural dan diplomatik. Dengan letak strategisnya itu Konstantinopel mampu mengendalikan rute antara Asia dan Eropa, serta pelayaran dari Laut Mediterania ke Laut Hitam.
Pada tanggal 29 mei 1453, kota ini jatuh ke tangan Bangsa Turki Ottoman dan sekali lagi menjadi ibukota dari Negara yang kuat, yakni kerajaan Ottoman. Bangsa Turki menyebut kota ini Istanbul (meskipun tidak secara resmi sampai tahun 1930) dan terus menjadi kota terbesar dari Republik Turki, sekalipun yang menjadi ibukota Turki adalah Ankara.
Asal Usul Simbol Bulan Sabit dan Bintang (Tambahan)
Bulan Sabit dari Babylonia
Kembali lagi pada tahun 670 SM, warga kota Byzantium menjadikan bulan sabit sebagai lambang Negara mereka, sesudah sebuah kemenangan penting. Akan tetapi, asal usul bulan sabit dan bintang sebagai lambang berasal jauh dari zaman sebelumnya yaitu zaman Babylonia dan Mesir Kuno tempat dimana dewa HORUS (Luciferian) berasal dan Tuhannya para ILLUMINATI. Sekalipun demikian, Byzantium adalah Negara berpemerintahan PERTAMA yang menggunakan bulan sabit sebagai lambang nasionalnya. Pada tahun 330 M, Konstantinus I menambahkan bintang PERAWAN MARIA pada bendera bulan sabit tersebut.
Bulan Sabit dari Mesir Kuno
Bulan sabit dan bintang tidak sepenuhnya ditinggalkan oleh dunia Kristen usai jatuhnya Konstantinopel. Sampai sekarang bendera resmi dari Patriark Ortodoks Yerusalem adalah sebuah labarum putih, sebuah gedung gereja dengan dua menara, dan pada bagian atas terlukis sebuah bulan sabit hitam yang menghadap ke tengah dan sebuah bintang bersinar.
Lambang Negara Byzantium
Jatuhnya Konstantinopel Ke Tangan Pemerintahan Islam
Gaung penaklukan Konstantinopel telah bergema dikalangan kaum muslimin semenjak Rasulullah SAW menyampaikan sabdanya, dari Abu Qubail, ia berkata: “kami pernah berada di sisi Abdullah bin Amr bin Al-Ash”, ia ditanya: “yang manakah diantara dua kota yang akan ditaklukan lebih dulu, Konstantinopel atau Roma?” kemudian Abdullah meminta peti kitabnya yang masih tertutup. Abu Qubail berkata: “kemudia ia mengeluarkan sebuah kitab dari padanya. Lalu Abdullah berkata: “ketika kami sedang menulis disekeliling Rasulullah SAW tiba-tiba beliau ditanya: “yang manakah diantara dua kota yang akan ditaklukan lebih dulu, Konstantinopel atau Roma? Kemudian Rasulullah menjawab: “kota heraklius akan ditaklukan terlebih dahulu, yakni kota Konstantinopel”.
Menurut Husain hadits ini dikeluarkan oleh ahmad dan terdapat di dalam Al-Mustadrak di beberapa tempat. Dishahihkan oleh AL-Hakim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi, juga disepakati oleh Al-Bani di dalam Silsilah Al-Haditsish Shihah 1/8
Penaklukan Konstantinopel seperti yang diprediksikan Rasulullah di atas, terjadi setelah melewati masa yang amat panjang yakni 8 abad sejak Rasulullah menyampaikan sabdanya.
627 M:
Rasulullah SAW melayangkan surat dakwah pada kaisar Romawi, Heraklius.
629 M:
Terjadi perang Mu’tah yang dilatarbelakangi pembunuhan da’i-da’I Islam oleh orang-orang Ghasasanah (negara satelit Romawi). Dalam perang ini Romawi mengirim bantuan 100.000 orang pasukan dan dibantu oleh sekutunya orang-orang Qadha’ah sebanyak 100.000 orang, sehingga total pasukan berjumlah 200.000 orang, sedangkan jumlah pasukan kaum muslimin adalah 3.000 orang. Pertempuran dalam perang ini berlangsung imbang selama 7 hari. Pasukan muslim yang dipimpin Khalid bin Walid kemudian mundur teratur, langkah ini dipuji Rasulullah SAW.
630 M:
Terjadi perang Tabuk, karena terdengar kabar bahwa Romawi telah memobilisasi pasukannya untuk menyerang Madinah. Jumlah pasukan kaum muslimin saat itu antara 30.000 sampai 50.000 orang, mereka keluar dari Madinah menuju Tabuk yang berjarak 600 KM dari Madinah. Namun ketika pasukan sampai di Tabuk, pasukan Romawi telah mundur.
648 M:
Pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan, atas usulan Mu’awwiyah kaum muslimin membangun armada angkatan laut sebanyak 1600 kapal. Hal ini dibutuhkan untuk pengamanan wilayah Afrika Utara yang telah dikuasai kaum muslimin, dan juga dibutuhkan untuk penaklukan Romawi. Karena tidak seperti Persia yang terkonsentrasi dalam suatu wilayah daratan, Romawi wilayahnya terletak di tiga benua yang dibatasi oleh Laut Tengah dan ibukotanya, Konstantinopel, terletak di selat yang mengantarai Laut Tengah dengan Laut Mati. Dari manapun arahnya, penyerangan ke arah Konstantinopel lewat Asia atau Afrika harus melewati laut. Oleh karena itu selain diperlukan angkatan darat yang kuat, angkatan laut akan sangat menentukan.
650 M:
Armada Islam yang dipimpin Abdullah bin Abu Sarah bertemu Armada Romawi di Mount Phoenix yang dipimpin Kaisar Konstantin II. Armada Romawi hancur lebur, konon 20.000 orang pasukannya tewas. Pertempuran ini sangat menentukan. Selangkah lgi kaum muslimin akan menghampiri ibukota Romawi. Namun sayang, kemelut yang terjadi di Madinah akibat timbulnya fitnah terhadap Khalifah Utsman bin Affan membuat Mu’awiyah lebih tertarik mengurus persoalan dalam negeri.
668 M:
Pada masa kekhalifahan Mu’awiyah, kaum muslimin menyerang Romawi dengan menggunakan dua jalur, laut dan darat. Dari laut armada Islam dikerahkan ke Hellespont menuju Laut marmara sampai ke Selat Bosporus. Dari darat, mereka menerobos Asia kecil menuju kota Chalcedon yang berada di selat Bosporus. Pasukan darat kemudian dijemput armada laut dan diseberangkan ke pantai kota benteng Konstantinopel. Namun sayang, kekuatan benteng Konstantinopel diluar perhitungan Muawiyah. Benteng itu sukar ditembus. Kesulitan lebih besar lagi ketika pasukan Romawi menggunakan senjata terbarunya yang disebut Greek Fire atau Wet Fire. Senjata ini berupa bola-bola berisi cairan naftha yang dilontarkan dan pecah sehingga bertebaran di permukaan laut. Kemudian dari atas benteng pasukan Romawi menembakkan panah api ke laut, sehingga laut pun terbakar. Pasukan muslim hancur dalam penyerbuan ini. Salah seorang sahabat yang rumahnya pertama kali dikunjungi Rasulullah ketika hijrah, Abu Ayyub Al-Anshary, syahid dan dikubur di balik dinding Konstantinopel yang kokoh itu. Berikutnya kaum muslimin menghindari pengepungan langsung terhadap ibu kota Romawi, pertempuran-pertempuran darat selanjutnya selama berabad-abad diarahkan untuk menyempitkan wilayah Romawi.
717 M:
Maslamah bin Abdul Malik meninggal pada saat melakukan pengepungan Konstantinpel. Peristiwa ini terjadi pada masa kekhalifahan Sulaiman bin Abdul Malik (Bani Umayyah).
717 – 719 M:
Ini adalah masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, pada masanya pengepungan Konstantinopel terhenti, pasukan Islam ditarik mundur.
1389 M:
Sultan Murad I bin Urkhan menyerang semenanjung Balkan. Menaklukan Adrianapole dan menjadikannya sebagai ibukota . Dia memperluas wilayah dan menguasai Shopia ibukota Bulgaria dan salanika ibukota Yunani. Juga mengalahkan Serbia.
1396 M:
Atas dorongan Paus, orang-orang Eropa bergerak ke Konstantinopel untuk menyerang Beyzid I bin Murad yang sedang melakukan pengepungan Konstantinopel. Namun pasukan besar tersebut dapat dikalahkan oleh Beyzid. Tapi Timurlank dengan pasukan Tartarnya menyerbu tempat ini. Mereka memasuki Ankara dan menghancurkan sejumlah besar pasukan Utsmaniyah. Lalu menahan Sultan Beyzid yang kemudian meninggal dalam tahannannya. Timurlank mengembalikan pemerintahan-pemerintahan Anatolia kepada pemiliknya. Pemerintahan-pemerintahan Eropa ini lalu memisahkan diri seperti Bulgaria, Serbia, dan valacie.
1420 – 1451 M:
Ini adalah masa pemerintahan Murad II bin Muhammad, ia mengepung Konstantinopel dan mengembalikan seluruh pemerintahan yang memisahkan diri ke dalam perlindungan pemerintahannya. Juga berusaha mengembalikan pemerintahan-pemerintahan Eropa (Bulgaria, Serbia, dan valachie) serta menguasai Albania.
1452 M:
Sultan Muhammad II memerintahkan pasukannya mendirikan benteng di pantai selat Bosporus. Benteng itu dikerjakan selama 3 bulan, lalu mereka bertahan mengepung Konstantinopel.
1453 M:
Pada suatu malam armada Turki Utsmani menyusur selat Bosporus menuju Konstantinopel. Sebanyak 70 buah kapal terpaksa diseret ke darat sejauh 5 km untuk kemudian dilayarkan lagi di laut. Romawi memang memasang rantai-rantai besar yang menghalangi perjalanan laut. Pada malam itu meriam-meriam Turki menyalak dengan dahsyatnya. Seiring kegoncangan dalam benteng, masuklah tentara Islam menyerbu. Pertempuran pecah di laut dan juga di benteng. Pagi subuh, 29 Mei 1453 M jatuhlah Konstantinopel ke tangan kaum muslimin. Pekik takbir menggema dimana-mana. Terealisir sudah janji Rasulullah SAW, melalui perjalanan panjang perjuangan kaum muslimin.
Untaian peristiwa yang disebutkan dalam tulisan di atas, harus dilihat dalam konteks saat itu dimana Islam yang sedang berkembang menimbulkan kecemasan penguasa-penguasa saat itu. Sehingga masing-masing pihak merasa harus mempertahankan eksistensinya.
Umat Islam sendiri sesungguhnya konsisten dengan misinya yaitu dakwah Islam, adapun terjadinya benturan-benturan kekuatan karena pihak-pihak lain menghalangi laju gerakan dakwah Islam dengan kekuatan. Seorang sahabat Nabi, Rib’i bin Amr pernah ditanya oleh Rustum, Komandan perang Persia: “Apa yang kalian inginkan?”. Rib’i menjawab:”Kami hanyalah ingin membebaskan manusia dari penghambakan kepada makhluk menjadi penghambaan kepada Khalik (Sang Pencipta); kami hanya ingin mengajak manusia dari sempitnya dunia kepada luasnya akhirat; kami ingin membebaskan manusia dari kezaliman tirani dan menyeru kepada keadilan Islam…”
Nabi Muhammad tidak memerintahkan umatnya untuk memaksa orang masuk Islam, atau membunuh orang yang tidak seagama. Justru yang beliau sampaikan adalah firman Allah: “Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorongmu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada taqwa (Al-Maidah: 8).
Firman-Nya yang lain:”Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (Al-Mumtahanah: 8).
Karenanya tidaklah Nabi mengusir dan membunuh Yahudi kecuali karena mereka melakukan pengkhianatan kepada negara Madinah tempat mereka dan kaum muslimin hidup berdampingan.
Sementara orang-orang non muslim yang tidak mengusik umat Islam dan mau hidup berdampingan dengan adil, merasakan kenikmatan indahnya hidup di bawah naungan pemerintahan Islam. Sehingga penduduk Nasrani Palestina (Elia) pada masa lalu, semuanya menangis tersedu-sedu ketika ditinggalkan kaum muslimin. Mereka mengatakan: “Sungguh orang-orang Romawi itu seagama dengan kami, namun mereka membunuh anak-anak kami dan memporak-porandakan rumah dan ladang kami, sedangkan kalian selalu berbuat adil kepada kami…”
Oleh karena itu kalau mau jujur melihat sejarah Islam, kita akan sampai pada kesimpulan bahwa penguasaan dakwah Islam atas wilayah-wilayah lain di dunia membawa barakah.
Saya pernah dengar salah seorang Ustadz menyampaikan bahwa Gustav Le Bon (sejarawan Perancis?) pernah mengatakan:”Tidak pernah agama Yahudi, Kristen, dan Islam dapat hidup berdampingan dengan harmonis, kecuali pada masa pemerintahan Islam”.

Sabtu, 17 September 2016

SEJARAH KABUPATEN KAPUAS

Hasil gambar untuk jembatan sungai pasah kapuasSEJARAH SINGKAT KAPUAS
Kabupaten kapuas dengan ibukota Kuala kapuas adalah Daerah Otonom, sebagaimana dimaksud dalam UU No. 27 Tahun 1959 tentang pembentukan Daerah Tingkat II di kalimantan Tengah. Selanjutnya berdasarkan UU No. 5 Tahun 2002 tentang pembentukan Kabupaten katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung raya, dan kabupaten Barito Timur, Kabupaten Kapuas dimekarkan menjadi tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Kapuas dengan ibukota Kuala kapuas sebagai kabupaten induk dengan 12 Kecamatan, Kabupaten Pulang Pisau dengan Ibukota Pulang Pisau terdiri atas 6 Kecamatan dan kabupaten Gunung Mas dengan ibukota Kuala Kurun dengan 6 Kecamatan


Kota ini dibangun jauh sebelum adanya ibukota Kalimantan Tengah Palangka Raya. Kabupaten kapuas adalah salah satu dari kabupaten otonom eks Daerah Dayak Besar dan Swapraja Kotawaringin yang termasuk dalam wilayah Karesidenan Kalimantan Selatan. Suku Dayak Ngaju merupakan penduduk asli Kabupaten Kapuas. Suku ini terdiri dari dua sub suku; suku oloh Kapuas-Kahayan dan Oloh Oldaman, bermukim di sebelah kanan kiri Sungai kapuas dan Sungai Kahayan antara hilir sampai tengah sungai, sedangkan Oloh Oldman di bagian hulu dari kedua sungai tersebut.

Menurut penuturan pusaka “ Tetek tatum”, nenek moyang suku Dayak Ngaju pada mulanya bermukim di sekitar pegunungan Schwaner di Sentral Kalimantan (Alang, 1981). Barulah pada perkembangan berikutnya suku Dayak Ngaju bermukim menyebar disepanjang tepi Sungai Kapuas dan Kahayan.

Penyebaran pemukiman di sepanjang kiri kanan Sungai Kapuas dan Sungao Kahayan tidak dapat diketahui dengan pasti kapan mulainya, karena tidak ada peninggalan baik berupa tulisan maupun barang jadi (artfakta) yang dapat dijadikan dasar. Barulah pada sekitar abad XIV dalam naskah Negarakertagama yang ditulis oleh Pujangga Prapanca dari majapahit pada tahun 1365 M, menyebutkan adanya permukiman ini.

Kemudian dalam naskah Hikayat Banjar, berita Tionghoa pada masa Dinasti Ming (1368-1644 M) dan piagam-piagam perjanjian antara Sultan Banjarmasin dengan Pemerintah Belanda pada abad XIX memuat berita adanya pemukiman di sepanjang Sungai kapuas dan Sungai Kahayan yang disebut pemukiman Lewu Juking.

Lewu Juiking merupakan sebuah permukiman berumah panjang yang terletak di dekat muara sungai Kapuas Murung (bagian barat delta Pulau Petak yang bermuara ke Laut Jawa) sekitar 10 km dari arah pesisir Laut Jawa. Pemukiman ini cukup banyak, bersama dengan pemukiman sekitar, seperti pemukiman Badapaung dan pemukiman lain sampai muara terusan, berpenduduk sekitar 1000 kepala keluarga. Pemukiman Lewu Juking dan pemukiman sekitarnya dipimpin oleh seorang kepala suku bernama Raden Labih.

Penduduk Lewu Juking dan penduduk sekitarnya sering diserang oleh rombongan bajak laut, walaupun beberapa kali rombongan bajak laut dapat dipukul mundur oleh penduduk Lewu Juking dan sekitarnya, tetapi penduduk merasa kurang aman tinggal di daerah tersebut, sehingga pada tahun 1800 banyak penduduk pindah tempat tinggal mencari tempat yang jauh lebih aman dari gangguan bajak laut.

Akibat perpindahan penduduk Lewu Juking dan sekitarnya, maka sepanjang arah Sungai Kapuas dan Sungai Kapuas Murung bermunculan pemukiman-pemukiman baru, seperti di tepi sungai Kapuas Murung muncul pemukiman Palingkau dipimpin oleh Dambung Tuan, pemukiman Sungai handiwung dipimpin Dambung Duyu, pemukiman sungai Apui (seberang Palingkau) dipimpin oleh Raden Labih yang kemudian digantikan oleh putranya Tamanggung Ambu. Sedangkan di tepi sungai Kapuas terdapat pemukiman baru seperti sungai Basarang, Pulau Telo, Sungai Bapalas, dan sungai Kanamit yang nama-nama pemimpinnya baru diketahui ketika terjadi perlawanan bersenjata terhadap Belanda di sekitar Kuala Kapuas ( 1895 – 1860). Sungai Basarang dipimpin oleh panglima tangko, Sungai Bapalas oleh Panglima Uyek dan Sungai Kanamit dipimpin oleh Petinggi Sutil.

GEOGRAFIS KAPUAS
Kabupaten Kapuas merupakan salah satu dari 14 kabupaten/kota yang ada di Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah Ibukota Kabupaten Kapuas adalah Kuala Kapuas, berjarak sekitar 140 km arah selatan dari Kota Palangka Raya (Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah) dan 45 km arah tenggara dari kota Banjarmasin (Ibukota Provinsi kalimantan Selatan). Luas wilayah Kabupaten Kapuas adalah 14.999 km2 (9,77 % dari luas Kalimantan Selatan) terbagi atas 12 kecamatan, 134 desa dan 14 kelurahan.

Kabupaten Kapuas terletak diantara 00 8' 48'' sampai dengan 30 27' 00'' Lintang Selatan dan 11 20 2'' 36'' sampai dengan 11 40 44'' 00'' terletak di Garis Khatulistiwa. Terdapat dua karakteristik wilayah Kabupaten Kapuas yaitu wilayah Selatan dengan karakteristik Pasang Surut (9 Kecamatan) dan karakteristik non – Pasang Surut di wilayah utara (3 Kecamatan).
Ibukota kabupaten Kapuas adalah Kulala Kapuas. Kuala sendiri berarti delata. Kota Kuala Kapuas adalah kota yang indah, karena berada di tepi sungai pada simpang tiga. Ketiga sungai tersebut adalah Sungai Kapuas Murung dengan panjang 66.375 km, Sungai Kapuas dengan panjang 600.000 km dan daerah Pantai/Pesisir Laut Jawa dengan panjang 189 847 km. Pada malam hari, lampu-lampu dari pemukiman penduduk di tepian sungai yang amat luas (lebar mencapai 2 km) berkerlap-kerlip dipantulkan oleh sungai disertai sapuan sungai angin yang sejuk yang membawa nuansa magis.
Kota ini dibangun sejak lama sebelum adanya palangka Raya Ibukota Kalimantan Tengah. Kota ini berasal dari pelabuhan perdagangan skala kecil antar pulau dan antar daerah. Dewasa ini jalan lintas Kalimantan membuka isolasi Kabupaten kapuas ke wilayah lainnya di kalimantan. Pembangunan Kota Kuala kapuas cukup intensif khususnya kawasan permukiman dan wilayah kota baru yang mencakup gedung pemerintahan dan instruktur pendukung lainnya. Kota Kuala Kapuas adalah pintu gerbang sisi selatan bagi Provinsi Kalimantan Tengah.
Rumah panjang (betang) yang merupakan bagian budaya “Dayak” masih berdiri tegak di kota kecil Buntoi, Desa Tumbang Kurik dan Tumbang Malahoi. Kerajinan keranjang rotan di Kuala kapuas, pemancingan udang air tawar dan pasar terapung mewarnai kehidupan masyarakat Kabupaten kapuas. Terdapat pula kawasan pantai yang amat indah di daerah Cemara Lebat di tepian Laut Jawa.




sumber: http://www.kapuaskab.go.id