Sejarah dunia telah mencatat tentang wabah yang pandemi,
seperti : Flu Spanyol, Flu Burung, Ebola dan lain-lain. Pada penghujung tahun
2019, bermuculan sejumlah kasus di kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina dengan
penyebabnya tak diketahui yang memiliki gejala demam, rasa letih/lesu, batuk
dan kesulitan bernapas sebagai gejala utama. Hasil identifikasi yang dilakukan
oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menamakan virus itu Corona Virus Disease
– 19.
Apakah Virus Corona
itu ?
Virus
Corona adalah virus RNA untai positif yang beruntai tunggal yang tidak
tersegmentasi. Virus-virus corona termasuk dalam ordi Nidovirales, keluarga
Coronaviridae, dan sub-keluarganya Orthocoronavirinae, yang dibagi menjadi
kelompok (marga) α, β, dan δ sesuai dengan karakteristik
serotiptik dan genomiknya. Virus Corona termasuk dalam gerus Coronavirus dari keluarga
Coronaviridae. Ini dinamai sesuai dengan tonjolan berbentuk karangan bunga di
selubung virus.
Situasi di Indonesia
Indonesia menjadi salah satu negara
yang telah terdeteksi virus corona (COVID-19). Kasus nya pertama yang terjadi
di Depok, Jawa Barat. Menurut Jokowi, COVID-19 berawal dari satu keluarga seorang
ibu (64 tahun) dan putrinya (31 tahun). Mereka diduga tertular karena
kontak dengan WNA Jepang yang datang ke Indonesia. Rupanya mereka terjangkit
virus saat berdansa dengan WNA Jepang di sebuah klub malam di Jakarta 14
Februari yang lalu. Namun, sampai saat ini (03/04) jumlah pasien positif 1.986,
sembuh 134, meninggal 181. Baru-baru ini banyak sekali video di media sosial
beredar mengenai penolakan sejumlah warga terhadap pasien positif corona yang
meninggal. Sangat disayangkan, bentuk kepedulian masyarakat terhadap pasien
yang meninggal sangat tidak mengaktualisasikan sila ke – 3 “ Kemanusiaan yang
adil dan beradab” . Indonesia dikenal dengan ramah, sifat gotong royong dan
murah senyumnya, pada wabah saat ini semuanya itu seperti pecahan kaca yang
menancap perih di hati.
Refleksi terhadap
Covid-19
Bagaimana refleksi terhadap
COVID-19? Sebagai makhluk sosial yang tidak terlepas dari orang lain. Kita
sepatutnya bersama-sama untuk mencegah penularan virus ini, bersama-sama
melakukan social distancing menjaga
jarak setidaknya 2 meter dari orang lain dan menghindari kerumunan untuk
mencegah penularan penyakit. Baru-baru
ini banyak sekali video di media sosial beredar mengenai penolakan sejumlah warga
terhadap pasien positif corona yang meninggal. Sangat disayangkan, bentuk kepedulian
masyarakat terhadap pasien yang meninggal sangat tidak mengaktualisasikan sila
ke – 2 “Kemanusiaan yang adil dan beradab” . Indonesia dikenal dengan ramah,
sifat gotong royong dan murah senyumnya, pada saat wabah semuanya itu seperti
pecahan kaca yang menancap perih di hati. Siapapun dan dimanapun , orang kaya
atau orang miskin, presiden, menteri, ojol , dan lain-lain bisa mengalami
penyakit ini. Harapannya sebagai masyarakat Indonesia kita mampu untuk
mewujudkan sebuah persatuan dari pandemic ini untuk mencapai keadilan bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar